Year:
--  
    Jun.2017
    15

    Seberapa Besar Kebutuhan Internet Rumah Pintar?

    Aneka perangkat yang terkoneksi ke internet lazim ditemukan dalam sebuah konsep rumah pintar. Jenisnya beraneka ragam, mulai dari lampu hingga kulkas. Sebagian bisa dikendalikan dari jarak jauh tanpa si pengguna harus berada di rumah.

    Dengan pernak-pernik elektronik yang senantiasa tersambung ke jaringan internet itu, seberapa besar kebutuhan bandwith sebuah rumah pintar?

    Menurut SMB Product Manager TP-Link Indonesia Benny Wiratmaka, angkanya ternyata tidak terlalu besar.

    Speed internet untuk smarthome itu kecil. Tak perlu kencang, cukup stabil saja. Sebenarnya kecepatan 1 Mbps pun sudah memadai,” kata Benny saat berbicara dalam paparan konsep smarthome TP-Link di Jakarta, Rabu (14/6/2017).

    Konsumsi data dari aneka perangkat pintar di sebuah rumah pun, lanjut dia, sebenarnya termasuk kecil dan hanya berkisar kurang dari 10 megabyte per bulan. Ini karena setiap perintah yang disalurkan pengguna ke perangkat pintar lewat internet hanya berukuran kurang dari 1 kilobyte.

    “Andai tiap hari kirim perintah 1.024 kali, maka konsumsi datanya hanya 256 KB atau kurang dari 8 megabyte per bulan,” ujar dia seraya membandingkan dengan konsumsi data media sosial dan video streaming yang bisa mencapai ratusan megabyte sekali pakai.

     

    Namun, dia menambahkan bahwa angka tersebut belum mencakup bandwidth untuk jenis perangkat yang memiliki kebutuhan transfer data tinggi, seperti IP camera untuk mengawasi keadaan di rumah. “Pada akhirnya, semua tergantung kebiasaan pengguna masing-masing,” kata Benny.

    Kendala di Indonesia

    Konsep smarthome sudah beberapa lama digaungkan di Tanah Air. Namun, sejauh ini implementasinya masih belum banyak terlihat.

    Country Director TP-Link Indonesia Wilson Wu mengungkapkan ada semacam paradoks soal hubungan antara kebutuhan bandwidth internet smarthome dan angka permintaan dari pengguna.

    Smarthome sebenarnya hanya membutuhkan bandwidth kecil, tapi Wu mengatakan biasanya pengguna baru akan berpikir untuk menerapkan konsep smarthome di hunian apabila sudah memiliki akses internet kecepatan tinggi.

    “Biasanya mereka baru melirik smarthome ketika sudah ada high-speed internet. Kendala lainnya, harga produk-produk smartphone saat ini masih relatif tinggi dibandingkan perabot sejenis yang tak terkoneksi ke internet,” papar Wu.

     

    Benny menambahkan, konsep smarthome sebenarnya ramai dibicarakan di Indonesia oleh berbagai kalangan, termasuk developer properti dan penyedia jasa akses internet. Tapi sebagian besar masih sebatas wacana.

     

    Demand perangkat smarthome sih mulai ada dari konsumen ke kami, tapi fasilitas dari pihak lain seperti operator belum ada sehingga user belum ada opsi,” ujar Benny.

    TP-Link sendiri menyediakan sejumlah model perangkat untuk smarthome, seperti smartbulb (lampu pintar), smart plug untuk pengendali AC dan TV, serta smart switch untuk menghemat pemakaian listrik rumah.

    Kontribusi penjualan terbesar TP-Link masih disumbang oleh produk-produk segmen Small Office Home Office seperti router wireless dan range extender. Angkanya, menurut Wu, berkisar di 65 persen.

    Benny mengatakan pihaknya masih melihat pertumbuhan konsep rumah pintar di Indonesia sebelum lebih giat berpromosi di segmen ini. “Kalau perkembangan bagus, kami akan pasarkan produk-produk berikutnya,” pungkas dia.

    Untuk informasi lebih lanjut kunjungi:

    http://tekno.kompas.com/read/2017/06/15/08450097/seberapa.besar.kebutuhan.internet.rumah.pintar

    Untuk informasi lebih lengkap tentang TP-LINK, silahkan kunjungi www.tp-link.co.id atau ikuti:

    Media Contact:

    Oktavia Mega Wati

    +6221-64701260

    marketing.id@tp-link.com

    From United States?

    Get products, events and services for your region.